Rabu, 11 Maret 2015

TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK

"BANGKIT DARI KERTEPURUKAN"
Image result for tenggelamnya kapal vander wick
"Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" adalah film drama romantis Indonesia pada tahun 2013. Film yang diadaptasi dari novel karya Buya Hamka ini mengisahkan tentang perbedaan kesenjangan sosial yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih hingga berakhir pada kematian. Tetapi walaupun kesenjangan sosial itu menghalangi hubungan mereka, tetapi mereka tetap saling mencintai. Film yang diperankan oleh Herjunot Ali (Zainuddin), Pevita Pearce (Hayati), Reza Rahadian ( Aziz), dan Randy Danistha (Bang Muluk) ini di sutradai oleh Sunil Soraya. Film ini menceritakan tentang perjuangan Zainuddin demi memperoleh kehidupan yang lebih baik.

Berlatar tahun 1930-an, dari tanah kelahirannya Makasar, Zainuddin berlayar menuju kampung halaman ayahnya di Batipuh, Padang Panjang bermaksud untuk belajar agama. Secara tidak sengaja, disana ia bertemu dengan Hayati. Seorang gadis cantik jelita yang menjadi kembang desa di persukuannya. Beberapa kali mereka bertemu dan mereka pun sempat bercakap-cakap walaupun hanya sebentar. Mereka juga sudah mulai berkomunikasi melalui surat menyurat dengan bantuan adik Hayati. Tak lama mereka saling jatuh cinta, namun karena adat yang melihat perbedaan sosial dan tingkatan ekonomi, hubungan mereka merasa dihalangi. Keadaan sosial mereka sangatlah berbeda. Ayah Zainuddin berdarah Minang, tetapi statusnya yang bernasibkan garis keturunan ibu tidak diakui dalam masyarakat Minang. Sedangkan Hayati adalah perempuan Minang santun keturunan bangsawan. Zainuddin sempat melamar Hayati, tetapi keluarga Hayati tidak setuju karena perbedaan mereka. Karena itu mereka tidak dapat menikah.

Image result for tenggelamnya kapal vander wick

Karena Zainuddin di anggap rendah dan mengganggu Batipuh, ia di usir dari Padang Panjang dan ia pun merantau ke Bukit Tinggi. Sebelum meninggalkan Padang Panjang, Zainuddin meminta Hayati untuk bertemu dengan maksud salam perpisahan. Hayati berjanji akan selalu mencintai Zainuddin dan akan menunggu Zainuddin. Sebagai kenangan akan Hayati, di berikannya selendang Hayati kepada Zainuddin. Pergilah Zainuddin dengan kesedihan karena harus berpisah dengan Hayati. Di bukit tinggi, Zainuddin tinggal dirumah Bang Muluk, mereka pun belajar bersama-sama. Tak lama kemudian, Zainuddin mendapat surat dari Hayati. Dalam suratnya, Hayati mengatakan bahwa akan berkunjug ke Bukit Tinggi dengan maksud ingin bertemu Zainuddin di tempat Pacuan Kuda. Zainuddin pun sangat bergembira, karena akhirnya bisa bertemu dengan pujaan hatinya. Hayati tinggal di rumah temannya, Khadijah. Saat hari Hayati datang, kakak Khadijah, Aziz, pulang dari bekerja di Padang. Khadijah mengenalkan Hayati kepada Aziz dan Aziz pun sangat terpukau dengan kecantikan Hayati. Mereka pun pergi ke tempat Pacuan Kuda bersama-sama. Di tempat Pacuan Kuda, Hayati bertemu dengan Zainuddin. Tetapi mereka hanya bertemu sekedar mengucap salam dan saling berkenalan dengan Aziz.
Related image

Tidak lama kemudian, Aziz melamar Hayati dan mengirimkan surat lamaran ke kampung halaman Hayati. Begitu juga dengan Zainuddin. Datuk Hayati (Ayah Hayati) lebih menerima Aziz daripada Zainuddin, karena Aziz adalah laki-laki kaya terpandang di desanya. Hayati pun di paksa menikah dengan Aziz setelah menolak lamaran Zainuddin oleh Datuk dan pihak keluarga Hayati. Rasa bingung menghampiri Hayati, dengan keterpaksaan , Hayati pasrah dan menerima apapun rencana Datuk. Kekecewaan Zainuddin mendengar Hayati telah mengingkari janjinya, membuat Zainuddin merantau ke tanah Jawa demi melawan kertepurukannya. Dengan ditemani Bang Muluk, Zainuddin mencoba untuk menjadi penulis sastra di Batavia (Jakarta). Karya sastra Zainuddin mulai dikirim ke surat kabar untuk di daerah Batavia. Para pembaca sangat menyukai tulisan karya Zainuddin. Berkat tulisan Zainuddin, keadaan ekonomi dan sosial ia serta Bang Muluk meningkat. Mereka pun di pindahkan ke tanah Surabaya. Melalui buku hasil pemikiran dan tulisan dari Zainuddin, terkenallah ia dan mulai dikenal oleh masyarakat. Tidak hanya di tanah Surabaya, melainkan masyarakat seluruh Nusantara.

Related image

Namun di Surabaya, Zainuddin mendapatkan peristiwa yang tak terduga. Dalam Opera tentang karya Sastra yang Zainuddin buat, ia bertemu dengan Hayati beserta suaminya, Aziz. Dalam pesta yang Zainuddin buat, bersahabatlah Zainuddin dengan Aziz. Di tanah Surabaya ini, pekerjaan Aziz semakin lama semakin menurun. Dalam keseharianya Aziz hanya bisa berjudi dan mabuk, hutang di mana-mana sampai akhirnya ia di pecat. Karena tidak sanggup membayar hutang-hutang perjudiannya, rumah mereka pun disita dan mereka harus keluar dari rumah tersebut. Aziz pun mengunjungi Zainuddin dan memohon agar dapat bertempat tinggal di rumah Zainuddin sampai Aziz memperoleh pekerjaan. Sudah sebulan mereka bertempat tinggal di rumah Zainuddin, Aziz pun jatuh sakit untuk beberapa waktu lamanya. Saat keadaan Aziz sudah membaik, ia pun bertekad untuk merantau untuk mencari pekerjaan. Aziz pun menitipkan Hayati kepada Zainuddin. Tetapi, kabar buruk datang bagi Hayati. Aziz bunuh diri dan mengirimkan surat bahwa ia menceraikan Hayati dan menyerahkan Hayati kepada Zainuddin. Tetapi Zainuddin telah berjanji, bahwa mereka akan tetap bersahabat.

Saat Hayati dan Aziz ingin bertempat tinggal di rumah Zainuddin, Zainuddin memberitahukan bahwa sebagian rumah dapat di kunjungi dan di tempati oleh mereka. Tetapi ruangan Zainuddin tidak diperbolehkan mereka kunjungi. Pernah sekali Hayati ingin membuatkan Zainuddin secangkir teh, tetapi Zainuddin belum kembali dari Malang. Bang Muluk pun mengajak Hayati untuk melihat apa yang menyebabkan Hayati dan Aziz tidak boleh memasuki ruangan itu. Dalam ruangan itu terdapat gambar Hayati dengan tulisan "PermataKu Yang Hilang". Seketika itu juga menangislah Hayati karena ternyata Zainuddin masih mencintainya. Saat Zainuddin kembali dari Malang, Hayati dan Zainuddin sempat berdebat dan menjelaskan bahwa Hayati masih mencintai Zainuddin. Karena perdebatan itu, Zainuddin mengembalikan Hayati kembali ke desanya menggunakan Kapal Van Der Wijck yang sangat terkenal. Tetapi dalam perjalanan yang baru berlayar beberapa saat, Kapal tersebut tenggelam. Sebelum meninggalkan Surabaya, Hayati menitipkan surat untuk Zainuddin ke Bang Muluk.  Dalam surat tersebut mengatakan bahwa Hayati masih mencintai Zainuddin. Setelah membaca surat itu, Zainuddin merasa bersalah karena ternyata rasa cinta diantara mereka masih ada. Tetapi semuanya sudah terlambat, Hayati meninggal dan Zainuddin merasa terpukul atas kepergian Hayati. Untuk mengenang sosok pujaan hatinya, Zainuddin menjadikan rumahnya sebagai tempat Panti Asuhan Yatim Piatu dan Hayati pun di kuburkan di Jember.

Film ini pun memiliki kesamaan dengam film "DIBAWAH LINDUNGAN KA'BAH". Dalam film yang juga di perankan oleh Herjunot Ali ini, menceritakan tentang kisah percintaan antara Hamid dan Zainab yang sama-sama jatuh cinta tetapi terpisah mulai karena perbedaan latar belakang sosial. Pada akhir cerita, Hamid memutuskan pergi ke Mekkah, kemudian terus beribadah hingga akhirnya meninggal di hadapan Ka'bah setelah mengetahui Zainab meninggal.

Dalam film ini terdapat beberapa kekurangan dan kelebihan. Menurut perhatian saya, cara berpakaian Hayati yang sangat tertutup dan santun menjadi berpakaian yang menggunakan terusan tanpa lengan menjadi kejanggalan yang sangat terlihat betul. Lalu mengenai judul film ini yaitu "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck". Pada awalnya saya mengira bahwa film ini akan sebagian besar mengambil latar atau dialog di dalam kapal, namun adegan di atas kapal hanya beberapa saat di akhir film ini. Sebaiknya judul untuk film ini juga memperhatikan isi dari film ini. Judul film sebaiknya lebih mengarah terhadap perjuangan Zainuddin untuk mendapatkan hidup yang lebih baik lagi karena telah kecewa akan Hayati yang meninggalkan ia dengan menikah dengan Aziz. Terdapat kekurangan yang lain seperti adegan merokok di tempat umum, mabuk, berjudi yang seharusnya tidak di perlihatkan karena yang melihat film ini tidak hanya remaja atau orang dewasa, mungkin saja anak-anak akan ikut menyaksikan film ini. 

Tetapi film ini mengajarkan tentang perjuanganan dan juga mengangkat serta menampilkan budaya Indonesia khususnya budaya Minang serta Makasar. Kita pun juga tahu bagaimana adat istiadat di daerah pelosok dan keindahan tanah Indonesia. Tokoh Zainuddin juga mengajarkan kita harus terus berusaha bangkit jika sempat terjatuh. Walaupun pikiran dan hati hancur serta kecewa, tapi kita harus tetap berusaha untuk menjadi yang lebih baik. Selama kita mau mencoba dan berusaha pasti kita akan mendapatkan apa yang kita ingin seperti usaha Zainuddin.



"Hanya satu yang kuminta darimu. Jangan pernah kecewakan hati yang sedang berlindung kepadamu" 
-Zainuddin.


Jenis Film : Drama
Produser : Ram Soraya, Sunil Soraya
Produksi : PT. Soraya Intercine Films
Sutradara : Sunil Soraya
Casts : Herjunot Ali, Pevita Pearce, Reza Rahardian, Randy Nidji, Gesya Shandy, Arzeti Bilbina, Kevin Andrean, Jajang C. Noor